Jumat, 27 April 2012
Kamis, 26 April 2012
PENDEKATAN
KETERAMPILAN PROSES
DALAM
PEMBELAJARAN IPA
Prisma Akbar Dhina
Pendidikan IPA Internasional
Prisma_akdhin@yahoo.com
ABSTRACT
Key words : approach skills, concepts
This
paper aims to find meaning in the process skills approach to learning science,
the importance of the skills approach to learning processes in science, the
pattern of implementation of the approach of
process skills, skill that are commonly used in science learning (skill
of observasing, classifying, communicating, measuring, predicting and
concluding) and steps in the implementasi process skills. Skills approach is an
approach to teaching and learning processes that lead to the development of
basic skills in the form of physical mental and concepts or the development of
attitudes and values through teaching and learning processes that have enabled
students to be able to grow a number of specific skills on students’self.
ABSTRAK
Kata kunci : pendekatan keterampilan, fakta, proses, konsep
Tulisan
ini bertujuan untuk mengetahui maksud pendekatan keterampilan proses dalam
pembelajaran IPA, pentingnya
pendekatan keterampilan proses, pola pelaksanaan pendekatan keterampilan
proses, keterampilan yang biasa digunakan
dalam pembelajaran IPA (keterampilan mengamati atau observasi, mengklasifikasi,
mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi dan menyimpulkan) dan langkah-langkah
dalam pelaksanaan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses
merupakan pendekatan belajar mengajar
yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik dan social
untuk menemukan fakta dan konsep ataupun pengembangan sikap dan nilai melalui
proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa sehingga mampu
menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik.
PENDAHULUAN
Permasalahan yang
ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu
permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu
pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan
dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan
sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun
demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang
berarti.
Banyak pihak yang
mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita ? Dari
berbagai pengamatan dan analisis data ada banyak faktor yang menyebabkan mutu
pendidikan tidak mengalami peningkatan yang bermakna, salah satunya yaitu
pendekatan yang digunakan di dalam kelas belum mampu menciptakan kondisi
optimal bagi berlangsungnya pembelajaran. Selama ini pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan input-output analisis, yaitu pendekatan yang menganggap
bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat
pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya dipenuhi maka mutu
pendidikan secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan mutu pendidikan yang
diharapkan tidak terjadi, karena selama ini pendekatan terlalu memusatkan pada
input pendidikan dan kurang memperhatikan proses pendidikan padahal proses
pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Proses pendidikan
tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar
mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Guru dituntut
untuk mampu menyajikan materi pelajaran dengan optimum. Oleh karena itu
diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian
materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang
guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian
materi pelajaran.
Kenyataan
menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan pendekatan
tradisional dalam pembelajaran IPA sehingga siswa belum terarahkan untuk
memahami sendiri konsep-konsep IPA yang sedang dipelajari. Pendekatan
tradisional tersebut belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran),
afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam
GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep IPA yang
dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Akibatnya penguasaan terhadap
konsep-konsep IPA siswa menjadi sangat kurang. Selain itu guru sebagai pemberi
informasi cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tidak
terjadi hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berimplikasi terhadap
kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar IPA.
Dari
uraian di atas, maka salah satu upaya yang dianggap dapat memecahkan masalah
tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sebagai satu
strategi yang diharapkan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran IPA.
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan
keterampilan proses adalah pendekatan
belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental
fisik dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep ataupun pengembangan sikap
dan nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa
sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta
didik. Pada petunjuk pelaksanaan prosese balajar mengajar dijelaskan pula bahwa
yang dimaksud dengan keterampilan proses adalah keterampilan siswa untuk
mengelola perolehan belajarnya yang didapat melalui proses belajar mengajar
yang memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk mengamati,
menggolongkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, dan mengkomonikasikannya.
Pada dasarnya keterampilan fisik dan mental serta pengembangan keterampilan
proses telah dimiliki pula oleh anak meskipun dalam wujud potensi atau
kemampuan yang masih rendah, kemampuan yang masih perlu dituntut untuk
diwujudkan.
Menurut Suryo Subroto (1995 : 75), ”Dengan
mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan pendekatan belajar, anak
akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut seluruh
irama gerak atau tindakan dalam proses balajar-mengajar sejati menciptakan kondisi
cara belajar siswa aktif.” Menurut
Azhar dalam Ade Sanjaya (1993: 7), ”Keterampilan proses merupakan kemampuan
siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati,
menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian,
mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut.”
Dengan demikian, melalui pendekatan keterampilan proses
itu diterapkan sentuhan untuk mengaktifkan anak didik belajar untuk mempelajari
sesuatu mewujudkan suatu minat yang akhirnya mengarah kepada suatu keterlibatan
yang
dilandasi rasa tanggung jawab didalam menghadapi dan
mangatasi masalah-masalah dalam belajar. Proses belajar mengajar hendaknya
selalu mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan
siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan,
mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta
mengkomunikasikan hasil penemuannya. Hal ini sejalan dengan tujuan
pendekatan keterampilan proses itu sendiri yang meliputi :
1.
Memberikan motivasi belajar kepada
siswa karena dalam keterampilan proses siswa dipacu untuk senantiasa
berpartisipasi aktif dalam belajar.
2.
Untuk lebih memperdalam konsep
pengertian dan fakta yang dipelajari siswa karena hakekatnya siswa sendirilah
yang mencari dan menemukan konsep tersebut.
3.
Untuk mengembangkan pengetahuan atau
teori dengan kenyataan hidup dalam masyarakat sehingga antara teori dan
kenyataan hidup akan serasi.
4.
Sebagai persiapan dan latihan dalam
menghadapi hidup didalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir
logis dalam memecahkan masalah.
5.
Mengembangkan sikap percaya diri,
bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai
masalah.
Pada dasarnya keterampilan proses ini
dilaksanakan dengan menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa
mengolah problemnya sehingga menjadi miliknya. Yang dimaksud dengan perolehan
adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan
lingkungan yang diolah menjadi suatu konsep yang diperoleh dengan jalan belajar
secara aktif melalui keterampilan proses.
2. Pentingnya
Pendekatan Keterampilan Proses
Ada
beberapa alasan yang melandasi perlu diterapkan pendekatan keterampilan proses
(PKP) dalam kegiatan belajar mengajar yaitu perkembangan ilmu pengetahuan
berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua
fakta dan konsep kepada siswa. Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa
anak-anak muda memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai
dengan contoh-contoh kongrit, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif
benar seratus persen, dan dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep
tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
Menurut
Dimiyati (2002: 137), “Pendekatan keterampilan proses (PKP) perlu diterapkan
dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan alasan-alasan berikut: percepatan
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman intelektual emosional dan
fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil, belajar yang optimal, penerapan sikap
dan nilai pengabdian pencarian abadi kebenaran ini.”
3. Pola
Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses
Dalam
melaksanakan pendekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal yaitu
pembelajaran harus sesuai dan selalu berpedoman pada tujuan akhir kulikuler,
harus berpegang pada dasar pemikiran bahwa semua siswa mempunyai kemampuan
(potensi) sesuai dengan kodratnya, harus memberikan kesempatan, penghargaan dan
motivasi kepada peserta didik untuk berpendapat, berfikir, dan mengungkapkan
perasaan dan pikiran, bagi siswa pembinaan harus berdasarkan pengalaman belajar
siswa, perlu mengupayakan agar pembina mengarah pada kemampuan siswa untuk
mengolah hasil temuannya dan harus berpegang pada prinsip ”Tut Wuri Handayani”.
Untuk melaksanakan pendekatan
keterampilan proses dalam pembelajaran IPA, maka harus mengamati keterampilan
mendasar baik mental, fisik maupun sosial. Yang dimaksud
dengan keterampilan mendasar yaitu :
a.
Observasi
Kegiatan mengamati atau observasi dapat dilakukan peserta
didik melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan
mengumpulkan dan atau informasi. Kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling
rendah dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya
sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya mengamati dan
melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupun sekilas mengandung pengertian
yang sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin peserta
didik melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di
sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman,
hewan tersebut berkembang.
b.
Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk
memilih berbagai obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya. Sehingga
didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud.
Mengklasifikasi dapat dilakukan dengan cara mencari persamaan dengan menyamakan,
mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan.
c.
Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan tidak hanya melalui berbicara saja tetapi
dapat dengan gambar, tulisan, dan penampilan. Menurut Djamarah dalam Ade
Sanjaya (2000: 16), kegiatan mengkomunikasikan dapat berkembang dengan baik
pada diri peserta didik apabila mereka melakukan aktivitas seperti :
berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang, memperagakan,
mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar dan
penampilan.
d.
Mengukur
Mengukur diartikan membandingkan yang diukur dengan
satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan. Mengembangkan keterampilan
mengukur dapat dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya mengukur
adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas kelas, volume
balok.
e.
Memprediksi
Memprediksi adalah antisipasi atau meramal tentang
sesuatu hal yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan pada pola
kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu
pengetahuan. Untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat dilakukan oleh
peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada
pola/kecenderungan. Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat
dilakukan seperti memprediksi waktu terbitnya matahari.
f.
Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah suatu keterampilan untuk memutuskan
keadaan suatu objek atau peristiwa bardasarkan fakta, konsep dan prinsip yang
diketahui. Contoh dari kegiatan menyimpulkan yaitu berdasarkan pengamatan
diketahui bahwa lilin mati ketika di tempatkan pada botol atau gelas dengan
keadaan tertutup, kemudian peserta didik menyimpulkan bahwa lilin akan hidup
atau menyala jika ada oksigen.
4. Langkah-Langkah
Dalam Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses
Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA
antara lain.
- Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk mengarahkan
peserta didik pada pokok permasalahan agar peserta didik siap mengikuti
kegiatan belajar mengajar, baik secara mental, emosional maupun fisik. Kegiatan
pendahuluan ini dilakukan dengan pengulasan bahan atau materi yang pernah
dialami peserta didik yang ada keterkaitan atau hubungan dengan materi atau
bahan yang akan diajarkan. Selanjutnya dengan menggugah dan mengarahkan
perhatian peserta didik dengan mengajukan pertanyaan, pendapat dan saran,
menunjukkan gambar yang berhubungan dengan materi.
- Inti
Dalam kegiatan inti ini yang perlu dilakukan adalah menjelaskan
materi pelajaran yang diikuti dengan peragaan, demonstrasi, gambar, modal. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat,
cermat dan tepat. Kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses
belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi:
merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau
mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan, menafsirkan
hasil pengelompokkan dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa atau gejala
yang terkandung pada tiap-tiap kelompok, meramalkan sebab akibat kejadian atau
peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan
yang berbeda, menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang diperoleh dari
kegiatan sebelumnya pada peristiwa yang baru atau berbeda, merencanakan
penelitian, serta engkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan
diskusi, ceramah dan lain-lain.
Guru mengawali kegiatan dengan mengajukan
masalah keterampilan proses. Jika pengetahuan materi siswa belum cukup untuk
menjawab masalah tersebut, maka guru membimbing siswa kearah jawaban yang benar
atau menjelaskan materi yang belum dipahami siswa. Guru memberikan pekerjaan
kepada siswa aecara berkeliling. Kemudian guru memberikan pertanyaan lanjutan
lalu mendorong siswa untuk membuat kesimpulan dari jawaban yang bervariasi,
sampai kepada kesimpulan yang diinginkan. Guru selalu memantau belajar siswa,
untuk mengetahui apakan materi yang diinginkan sudah dipahami, siswa diberi
kesempatan untuk bertanya dan meminta penjelasan guru.
- Penutup
Pada kegiatan penutup ini dapat dilakukan dengan cara
mengkaji ulang kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan dan
menyimpulkan hasil yang telah diperoleh. Mengadakan tes akhir untuk mengetahui
seberapa dalam siswa menangkap materi yang disampaikan. Dapat dengan memberikan
tugas seperti PR.
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Pendekatan
keterampilan proses adalah pendekatan
belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental
fisik, dan social untuk menemukan fakta dan konsep ataupun pengembangan sikap
dan nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa
sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta
didik
2.
Untuk melaksanakan pendekatan
keterampilan proses dalam pembelajaran IPA, maka harus mengamati keterampilan
mendasar yaitu berupa: observasi, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan,
mengukur, memprediksi dan menyimpulkan.
3.
Untuk melaksanakan pendekatan
keterampilan proses dalam pembelajaran IPA, maka harus mengamati keterampilan
mendasar yaitu berupa: observasi, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan,
mengukur, memprediksi dan menyimpulkan.
4.
Langkah-langkah yang diambil dalam
pendekatan ini yaitu pendahuluan mengarahkan peserta didik pada pokok
permasalahan agar peserta didik siap mengikuti kegiatan belajar mengajar, baik
secara mental, emosional maupun fisik. Inti menjelaskan materi pelajaran yang
diikuti dengan peragaan, demonstrasi, gambar, modal. Dan penutup, mengkaji
ulang kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan dan menyimpulkan hasil
yang telah diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Darmin, E.
T.(2003). Belajar Dan Pembelajaran. Surabaya: Terbit Terang.
Subroto, Suryo. (1996). Proses Belajar
Mengajar Disekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. (1997). Penilaian Proses
Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya.
Abidin, Muhammad Zainal. (2011). Pendekatan Keterampilan Proses Matematika.
Diambil pada tanggal 18 Maret 2011, dari http://masbied.com
Sanjaya, Ade. (2011). Pendekatan
Keterampilan Proses.Diambil pada tanggal 19 Maret 2011, dari
http://aadesanjaya.blogspot.com
Pelatihan blog yang kemarin sudah dilaksanakan terbilang cukup tapi kami yang merasa dibelakang kurang mendapat perhatian. Misalnya ketika saat saya menghadapi kesulitan dalam mengoperasikan sesuatu, narasumber tidak sempat menengok ketempat saya. Selain itu juga diharapkan ada pelatihan blog tetapi tentang WORDPRESS, karena rumor mengakatakan bahwa didalam mata kuliah saya nantinya akan ada penilaian tentang pembuatan wordpress. Jadi, mungkin sekiranya bisa diadakan pelatihan blog tentang wordpress. terimakasih...
Senin, 23 April 2012
IMPLEMENTASI
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) DALAM PENDIDIKAN KARAKTER SISWA SMP
Destika Setya Pratiwi
FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta
Email : deztica@gmail.com
ABSTRAK
This
report aims to instill character education students through the implementation of
Natural Sciences (IPA), through learning materials science. Science education is a conscious effort in
order to express the symptoms found in
nature by applying
the scientific method and to shape the
personality or behavior of
students. With science education is
indirectly making the learners
(students) as well as to obtain exemplary
how the characters
behave so as to form
the learners. Thus, IPA can assist in the implementation of
character education junior high school students.
Keywords: implementation, character education
Laporan ini
bertujuan untuk menanamkan pendidikan karakter siswa melalui implementasi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), dan melalui materi-materi pembelajaran IPA. Pendidikan
IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan
secara sadar guna untuk mengungkapkan gejala-gejala yang terdapat di alam
dengan menerapkan metode ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa. Dengan pendidikan
IPA secara tidak langsung membuat para peserta didik (siswa) sekaligus dapat
memperoleh keteladanan bagaimana dalam bersikap sehingga dapat membentuk
karakter peserta didik. Sehingga Implementasi IPA dapat membantu dalam
pendidikan karakter siswa SMP.
Kata kunci :
implementasi, pendidikan karakter
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Eksistensi
seseorang sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki. Hanya seseorang yang
memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai seorang yang
bermartabat dan disegani oleh orang lain. pendidikan karakter sebenranya bukan
hal yang baru. Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
Naional telah ditegaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun tampaknya upaya
pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain
belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada
upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Untuk
menjapai tujuan pendidikan tersebut,khususnya pendidikan karakter pada siswa
SMP dapat dilakukan melalui implementasi Ilmu Pengetahuan Alam. Melalui
pembelajaran IPA ini guru dapat menyisipkan nilai-nilai yang berguna dalam
menumbuhkan karakter siswa. Bisa melalui materi, proses dalam pembelajaran,
maupun alat peraga yang digunakannya. Hal yang terpenting dalam penanaman
pendidikan karakter yaitu selain melalui tahap dan proses yang lama juga
memerlukan objek-objek yang dapat mendukungnya, salah satunya yaitu IPA. Dengan
demikian peserta didik akan mengerti dan menanamkan dengan sendirinya karkter
itu melalui proses belajar sehari-hari. Mereka dapat tumbuh menjadi peserta
didik yang pandai dalam hal materi sekolah sekaligus peserta didik yang
memiliki karakter mulia sehingga karakter dapat tumbuh dengan sendirinya
melalui proses belajar sehari-hari.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Implementasi
Menurut Nurudin
Usman (2002:70): “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan,
atau adanya mekanisme suatu system. Implementasi bukan sekedar aktivitas,
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.”
Sebagai usaha untuk mencapai tujuan kegiatan itu sendiri, diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai. Atau dengan kata lain, dalam mencapai tujuan kegiatan
diperlukan suatu objek. Jadi
implementasi di sini tidak berdiri sendiri melainkan dipengaruhi oleh
objek-objeknya.
Pengertian
implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi bukan
sekedar aktivitas, tetapi merupakan suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan
secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan
dari suatu kegiatan. Maka, implementasi ini tidaklah berdiri sendiri melainkan
dipengaruhi oleh objek-objek berikutnya.
Menurut Guntur
Setiawan (2004:39): “Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya
serta memerlukan jaringan pelaksanaan, birokrasi yang efektif.” Dari pengertian
implementasi tersebut dapat dikatakan bahwa implementasi merupakan proses untuk
melaksanakan ide, maupun seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain
dapat menerima dan melakukan suatu penyesuaian dalam birokrasi demi terwujudnya
tujuan.
Menurut Hanafi
Harsono (2002:67): “Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan
kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi.
Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.” Dari
pengertian implementasi tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa implementasi
itu tidak hanya berkaitan dengan objek maupun birokrasi, akan tetapi juga
berkaitan dengan kebijakan. Dengan demikian dalam implementasi itu juga perlu
adanya kebijakan sehingga tercapailah tujuan yang diharapkan.
Dari pengertian
implementasi yang dikemukakan oleh ketiga sumber diatas, dapat dikatakan bahwa
implementasi bukan hanya merupakan suatu aktivitas saja. Akan tetapi merupakan
suatu kegiatan yang terencana dan bersumber dari suatu kebijakan serta
disesuaikan dengan proses interaksi antara tujuan dan tindakan, demi
tercapainya suatu tujuan guna penyempurnaan suatu program. Implementasi adalah
bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan
secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan
kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi
oleh objek-objek berikutnya.
B.
Pendidikan
IPA
Pendidikan
merupakan suatu proses sadar dan terencana dari setiap manusia, baik individu
maupun kelompok untuk membentuk pribadi yang baik serta untuk mengembangkan
potensi yang ada sebagai upaya untuk mewujudkan suatu cita-cita dan tujuan yang
diharapkan. Pendidikan tidak hanyalah menitik beratkan pada perkembangan pola
pikir melainkan juga untuk mengembangkan potensi pada diri seseorang . jadi
pendidikan menyangkut semua aspek pada kepribadian seseorang untuk membuat
seseorang tersebut lebih baik
Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berasal dari kata sains yang berarti alam. Menurut Abdullah (1998:
18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan
cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait mengkaitkan antara
cara yang satu dengan cara yang lain.” Dari sini, dapat dimengerti bahwa IPA
merupakan ilmu yang dalam penyusunannya memerlukan proses dan metode tertentu.
Bukan sekedar dari pendapat maupun adat istiadat, melainkan melalui
metode-metode ilmiah serta saling berkaitan.
Dari pendapat
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil
kegiatan manusia yang diperoleh dari hasil eksperimen atau observasi yang
bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan. Dalam pembelajaran IPA
mencakup semua materi yang berkaitan dengan alam. Ruang lingkup IPA meliputi
makhluk hidup, energy dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses
materi dan sifat-sifatnya. Dimana meliputi aspek Fisika, Kimia, dan Biologi.
Dari uraian di
atas, mengenai pengertian pendidikan dan IPA, maka pendidikan IPA merupakan
suatu penerapan dalam pendidikan dan IPA untuk tujuan dalam pembelajaran
termasuk di SMP. Pendidikan
IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah laku
siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap
yang baik terhadap IPA serta menguasai materi IPA berupa fakta, konsep,
prinsip, hokum dan teori IPA”.
Jadi Pendidikan IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan
secara sadar guna untuk mengungkapkan gejala-gejala yang terdapat di alam
dengan menerapkan metode ilmiah.dari hasil metode ilmiah maka disusunlah
teori-teori berdasarkan kenyataan dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dan berfungsi untuk membentuk kepribadian
atau tingkah laku siswa sehingga dapat memahami proses IPA dan dapat
mengembangkannya dimasyarakat.
C.
Pendidikan
Karakter
Karakter sendiri
dapat diartikan sebagai suatu nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, serta perbuatan
berdasarkan norma agama, hokum, tata karma, budaya dan adat istiadat.
Menurut Rutland dalam
Hidayatullah (2010:12) “Karakter berasal dari akar kata bahasa Latin yang
berarti “dipahat”. Sebuah kehidupan, seperti sebuah blok granit yang dengan
hati-hati dipahat atau pun dipukul secara sembarangan yang pada akhirnya akan
menjadi sebuah mahakarya atau puing-puing yang rusak. Karakter, gabungan dari
kebajikan dan nilai-nilai yang dipahat di dalam batu hidup tersebut, akan
menyatakan nilai yang sebenarnya.”
Menurut
Kertajaya dalam Hidayatullah (2010:13) “Karakter adalah ciri khas yang dimiliki
oleh setiap benda atau individu. Cirri khas tersebut adalah asli dan mengakar
pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang
mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon
sesuatu.”
Pendidikan
karakter sendiri mempunyai pengertian sebagai suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter pendidikan atau budi pekerti pendidikan yang merupakan
kepribadian khusus yang harus melekat pada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan, diri sendiri, sesame, kepada
lingkungan, maupun bangsa sehingga menjadi manusia insan kamil.
Dalam pendidikan
karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk
komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengolahan mata
pelajaran, pengelola sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah.
Pendidikan
karekter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran.
Materi yang berkaitan dengan norma dan nilai-nilai pada setiap mata pelajaran
perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya
pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan
nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari dimasyarakat.
D.
Mengapa
harus SMP
Pada usia SMP, anak-anak memasuki usia remaja, yang mengubah
kondisi fisik dan mental dari alam kanak-kanak menjadi alam remaja. Pada tahap
ini anak mulai mencari jati dirinya, siapa dia, dari mana dia berasal, ke mana
dia akan menuju (cita-cita). Dan tentu saja jawaban itu tak bisa didapatnya
dalam pendidikan di SMP. Oleh karena itu pendidikan di masa SMP hendaknya
menyediakan peluang/pilihan ilmu, keahlian yang banyak kepada para siswa. Secara
garis besar kurikulum SMP harus bersifat : banyak, luas, tidak
mendalam/general, pendek, dan ringan.
E.
Peranan
IPA dalam Pendidikan Karakter bagi siswa SMP
Pendidikan
karakter tidaklah hanya mementingkan suatu kecerdasan siswa, akan tetapi juga
memerlukan kejernihan hati. Pendidikan karakter memberikan peluang bagi peserta
didik untuk multi kecerdasan yang mampu mengembangkan sikap-sikap kejujuran,
integritas, kedisiplinan, komitmen, dan kemandirian.
Implementasi
pendidikan karakter tidaklah mudah. Diperlukan proses yang panjang dalam
membangun karakter itu sendiri. Karena di sekolah-sekolah, kita tidak hanya
menjadikan anak cerdas otak tetapi juga watak yang cerdas. Dalm pembentukan
watak serta otak yang cerdas tidaklah mudah, diperlukan kesabaran dan harus
berjalan tahap demi tahap. Tahap demi tahap tersebut harus selalu
berkesinambungan. Sehingga apa yang ingin dicapai, baik kecerdasan otak maupun
kecerdasan watak dapat terwujud dalam proses pendidikan siswa khususnya siswa
SMP.
Siswa usia SMP, merupakan usia dalam tahap perubahan. Yaitu,
dari usia anak-anak memasuki usia remaja, yang mengubah kondisi fisik dan
mental dari alam kanak-kanak menjadi alam remaja. Pada usia ini anak mulai
mencari jati dirinya, siapa dia, dari mana dia berasal, ke mana dia akan menuju
(cita-cita). Pada usia ini, anak masih dalam keadaan yang labil dan belum dapat
mengontrol emosinya. Usia SMP, merupakan usia yang rawan bagi seorang anak
untuk terjerumus dalam hal-hal yang buruk. Hal ini disebabkan anak belum dapat
membedakan mana yang terbaik untuknya dan mana yang berbahaya untuk dirinya.
Untuk itu,
pada masa-masa ini, sangat diperlukan keteladanan. Maka dalam pengembangan
keteladanan, disini IPA berperan sebagai suatu sarana dalam pendidikan
karakter. Karena dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang diajarkan kepada siswa SMP
tersebut dapat memberikan keteladanan tersendiri. Pertama, Ilmu Pengetahuan
Alam sendiri merupakan suatu ilmu dari hasil kegiatan manusia
yang diperoleh dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga
akan terus disempurnakan. Sehingga dari sini kita bisa memberikan keteladanan
untuk siswa bahwa untuk memperoleh suatu kebenaran, kita perlu melakukan
tinjauan terlebih dahulu dan baru menyimpulkannya. Bukan asal-asalan, tetapi
diperlukan proses. Kedua, dalam Ilmu Pengetahuan Alam juga diajarkan mengenai
kehidupan ini. Mulai dari molekul yang kecil sampai yang kompleks, maka dari
sisi tersebut dapat menumbuhkan karakter siswa untuk mengagumi ciptaan Allah
Yang Maha Kuasa. Sehingga dapat meningkatkan ketaatan siswa dalam beribadah
serta menyayangi setiap makhluk hidup. Ketiga, dari alat-alat peraga maupun perangkat pembelajaran
IPA juga akan mendukung pelaksanaan pembelajaran yang berkarakter.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Implementasi
adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan
dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk
mencapai tujuan kegiatan.
2. Pendidikan
karakter dapat diterapkan melalui pembelajaran pada setiap mata pelajaran,
khususnya dalam Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang
diajarkan kepada siswa SMP tersebut dapat memberikan keteladanan melalaui
materi yang diajarkan maupun alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran.
Sehingga
pendidikan karakter dapat ditumbuhkan melalui Implementasi Ilmu Pengetahuan
Alam.
DAFTAR
PUSTAKA
Hanafi,
Harsono.(2002). Implementasi Kebijakan dan Politik. Bandung : Puataka Buana.
Hidayatullah,
Furqon.(2010). Pendidikan Karakter:
Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta : Yuma Pustaka.
Usman,
Nurudin.(2002). Konteks Implementasi
Berbasis Kurikulum. Bandung : Pustaka Buana.
Kamala, Izzatin.
2008. Pengertian Pendidikan IPA dan
Perkembangannya. (http://juhji-science-sd.blogspot.com/2008/07/pengertian-pendidikan-ipa-dan.html, Selasa, 5, April, 2011,
18.00WIB)
Syamsuri.
2011. IPA Terpadu dan Pendidikan Karakter.
(http://banjarmasin.tribunnews.com/read/artikel/2011/1/17/71199/ipa-terpadu-dan-pendidikan-karakter,
Selasa, 5, April, 2011, 18.10WIB)
Langganan:
Postingan (Atom)
Clock
Popular Posts
-
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN IPA Prisma Akbar Dhina Pendidikan IPA Internas...
-
IMPLEMENTASI ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) DALAM PENDIDIKAN KARAKTER SISWA SMP Destika Setya Prati...
-
Pelatihan blog yang kemarin sudah dilaksanakan terbilang cukup tapi kami yang merasa dibelakang kurang mendapat perhatian. Misalnya ketika s...
-
1. WAHANA TYAS DEVITA NITA THONY 2. RIRIS TIKA LYDA EDOY 3. LUPUS MILA DEVI CHACHA ODA 4. NILIA FIDA INAS TERE 5. OMI DEWI GITA GANIE D...
-
A. PROFESSIONAL DEVELOPMENT THROUGH INSERVICE COURSES, WORKSHOP, AND GRADUATE WORK Programs offered within the school setting can cont...
Translator
Diberdayakan oleh Blogger.